Google
 

Sunday, August 3, 2008

Kecewa Berat Nonton Sanggar Shangrilla : Alice in Wonderland

Kecewa berat.

Kemarin nonton operet shangrilla dengan judul Alice in Wonderland. Ekspektasinya tinggi banget. Minimal mirip dengan operet Cinderella atau Pinokio jaman dulu. Haduuuuuh ternyata ancur banget. Ngga ngebayang gimana kalo ditayangin di Indosiar. Dengan tiket seharga operet bobo tapi dengan pertunjukan yang ngga beda kayak perpisahan TK atau SD.

Mulai dari jamnya yang ngaret, mulai jam 11.30 sampai jam 12 lewat belum muncul2 juga. Akhirnya muncul MC yang garing, dengan suara cempreng bikin sakit kuping. Trus sejuta sponsor dan promo yang diomongin ga selesai2. Ditambah dua orang anak nyanyi yang sederhana banget. Ya lagunya, arrangementnya, suaranya mungkin lumayan tapi soundsistemnya yang ga bagus jadi kuping sakit.

Setelah itu, masih belum mulai mulai juga. Akhirnya sudah pegel nungguin baru deh mulai. Ekpektasi tinggi aduh ternyata bocking panggung amburadul. Di panggung ketika pementasan berlangsung bisa ada petugas bawa2 seting berkeliaran muncul di belakangnya. Dari satu scene ke scene lain belum selesai dirapihin property/settingan lampunya sudah nyala. Jadi berkeliaran dengan tenangnya lah petugas pembawa property di atas panggung sementara pemainnya tetap memainkan operet di depannya. Ketika satu scene belum selesai tahu tahu petugas setting sudah nyolong star muncul duluan angkat setting. bener-bener kacau. Gimana cara mengeditnya tuh Indosiar kalau akan ditayangkan di TV.

95% dari pertunjukan adalah menari dialognya hanya 5% saja. Tariannya amburadul seperti perpisahan TK/SD. Gerakannya tidak seragam. Tariannya juga itu itu saja. tidak ada perbedaan yang mencolong antara tarian satu dengan yang lain. Hanya kostum saja yang membedakan. Kostumnya juga monoton. Lagu lagunya keliatan tidak saling berhubungan dengan topik dialog.
Suaranya dan lagunya juga monoton dari satu lagu ke lagu berikutnya diiringi backsound dari organ saja. BElum lagi soundsistem yang memekakak telinga dan sember bikin kuping sakit.

Jalan ceritanya juga ngga jelas. Padahal waktu awal katanya ada norma2 yang bisa diambil , padahal jelas ceritanya tidak ada, tanpa alur, antara scene2nya juga tidak berhubungan sama sekali. Intinya Alice hanya berlari2 saja mengejar kelinci dari satu tempat ke tempat lain dan bertemu dengan tari2an.

Operet ini sangat jelek untuk ukuran sanggar shangilla yang sangat beken. Sangat mahal, pasti ... Apalagi dibandingkan operet Bobo. Operet bobo terakhir berjudul konya konya lonya keliatan teronsep dengan baik. Mulai dari ide cerita, isi/bobot operet, nilai2 yang dikandung di dalamnya, lagu2nya juga di arrangement dengan baik oleh purwacaraka dengan musik yang sempurna dengan suara yang bagus bagus, menghadirkan bintang terkenal seperti Tri Utami, Mario Lawalata. Soundsistem mendukung karena diadalah di JHCC sementara sanggar shangrilla diadakan di MGK kemayoran dengan panggung yang sudah ada , dan sangat sempit..

Sanggar Shangrilla akan kehilangan pamornya sedikit demi sedikit. Apakah ini karena Ibu Maria Tanzil sudah tidak ada dan tidak ada generasi penerusnya.

Saya kecewa berat apalagi anak saya juga tidak hepi, dan malas melihat kepanggung. Terlihat anak dan orang tua yang ada disana juga boring sekali. Mungkin yang senang hanya orang tua yang anaknya ikut manggung di acara itu. Selebihnya mungkin lebih baik tidur atau jalan jalan di mall di bawahnya.

Menyesal juga saya beli VCD nya waktu belum menonton pertunjukannya sebesar 45 ribu, itu juga sudah harga diskon. Harga aslinya 90 rb. Menyesal sekali, karena ngga bakal saya tonton lagi kayaknya VCD nya . Padahal VCD bobo operet bobo : bobumba bisa 5 kali ditonton anak saya waktu awal beli, belum lagi kaset lagu konya konya lonya masih diputar setiap hari di kamar anak saya sampai sekarang.(ldf 04/08/08)